60% Penduduk Jakarta Mudik

INDOPOS.CO.ID (Jumat, 23 Juni 2017) – Mulai malam ini, lebih dari 33 juta penduduk Indonesia bergerak serentak menuju kampung halaman masing-masing untuk merayakan Lebaran. Jumlah tersebut, pergerakan penduduk terbesar terjadi di Jakarta di mana diperkirakan hampir 7 juta jiwa meninggalkan ibukota. Arus mudik penduduk Jakarta terbesar menuju Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Tadi malam dan malam ini diperkirakan sebagai puncak arus mudik.

Menurut laporan yang diterima INDIOPOS, sejumlah ruas tol menuju Jawa Tengah mulai dipadati pemudik dari. Baik itu tol dalam kota Jakarta, tol lingkar luar semua menuju arah yang sama, yaitu tol Cikampek. Penumpukan arus kendaraan terlihat mulai dari pintu tol Cikarang Utama dan mengular hingga Cipali.

“Malam ini sudah penuh jalan tol menuju Jawa Tengah. Laporan terakhir, pintu tol Cikarang Utama juga sudah mulai macet namun secara umum masih bisa kita kendalikan,” kata Mabes Polri Irjen Royke Lumowa, tadi malam (22/6).

Namun demikian, polisi memperkirakan kepadatan arus mudik tahun ini tidak ‘semengerikan’ arus mudik tahun lalu. Sebab, tahun ini puncak arus mudik terbagi dalam dua gelombang besar yaitu tadi malam dan nanti malam. Gelombang mudik ketiga juga terjadi pada Sabtu malam meski tidak sebesar Jumat malam.

Menurut data dari Pemprov DKI Jakarta, diprediksik jumlah pemudik dari DKI Jakarta lebih dari 6,5 juta jiwa dari sekitar 10,4 juta jiwa penduduk Jakarta. Ini berarti, lebih dari 60 persen penduduk Jakarta bersama-sama meninggalkan ibukota.

Kepala Dinas Dukcapil DKI Jakarta, Edison Sianturi mengatakan, jumlah pemudik yang diperkirakan sekitar 6,5 juta jiwa tersebut sudah dilaporkan ke Gubernur DKI Jakarta Djarot S. Hidayat. ”Itu hanya angka perkiraan karena pergerakan pemudik dari Jakarta masih terus berjalan hingga sekarang. Tapi angka tersebut tidak berbeda jauh dengan kenyataan di lapangan,” tutur.

Hingga kemarin, Edison memperkirakan sudah ada sekitar 1 juta lebih penduduk Jakarta yang telah mudik ke kampung halaman. Mereka menggunakan berbagai moda transportasi, baik pribadi maupun angkutan umum, darat, laut dan udara. “Satu juta lebih orang sudah mudik, itu data kemarin ya (Rabu, red). Belum data hari ini. Mendekati hari H Lebaran, maka jumlahnya akan semakin meningkat mendekati prediksi,” ujarnya.

Menurut data Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, per Rabu (21/6), sekitar  106.341 orang telah berangkat ke kampung halaman masing-masing dengan armada bus dari sejumlah Terminal di Jakarta. Yaitu Terminal Kampung Rambutan, Kalideres, Tanjung Priuk, Muara Angke, Pinang Ranti, Lebak Bulus, Grogol, dan Rawamangun. Mereka diangkut oleh  6.446 bus.

Menurut informasi dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, pemudik dari Jakarta yang menggunakan mobil pribadi sekitar 3,48 juta mobil. Jumlah tersebut meningkat dari sekitar  3,06 juta kendaraan pemudik pada tahun.

Demikian juga pemudik dengan sepeda motor naik signifikan dari 5,14 juta sepeda motor pemudik pada 2016 naik menjadi 6,07 juta sepeda motor di tahun 2017. Sedangkan pemudik yang menggunakan kendaraan umum justru turun dari 4,42 juta penumpang tahun 2016 menjadi 4,32 juta penumpang tahun 2017.

Menurut Gubernur DKI Jakarta, Djarot Hidayat, setiap tahun Jakarta memang selalu didatangi pendatang setelah Lebaran. Jumlah penambahannya sekitar 100 ribu orang per tahun. “Karena pendatang selalu bertambah, otomatis jumlah pemudik Lebaran ikut naik,” kata dia.

Pertambahan pendatang baru tertinggi terjadi pada 2015, mencapai 70.000 orang. Sedangkan tahun 2014, jumlah pendatang baru mencapai 60.000 orang. Jumlah tersebut, merupakan pendatang baru yang datang pascalebaran. Namun bila ditambah pendatang baru yang datang di luar pascalebaran, maka bisa mencapai 100.000 orang setiap tahunnya.

Tahun ini, Djarot berharap warga Jakarta yang balik usai Lebaeran tidak perlu membawa sanak saudara ke Jakarta jika memang tidak memiliki pendidikan atau keahlian khusus. ”Pendatang unskill itu yang kita harap perlu dibendung, Jakarta akan semakin sesak,” tuturnya.

Dia berharap pada RT dan RW untuk memonitor arus urbanisasi, khususnya kedatanga penduduk baru. “Peran RT dan RW sangat penting sebagai pemonitor, termasuk di apartemen dan rusunawa,” ujarnya.

Menurut Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), ada pergerakan 33 juta penduduk yang mudik pada musim Lebaran tahun ini. Pergerakan pemudik terbesar terjadi di Pulau  Jawa. ”Potensi pemudik 2017 sebesar 33,0 juta orang ini tersebar di 20 wilayah aglomerasi di seluruh Indonesia,” ujar Direktur IDEAS Yusuf Wibisono‎, (21/6).

‎Dia menjelaskan, secara geografis, mudik adalah fenomena yang mayoritas terjadi di Pulau Jawa. Pasalnya potensi daerah asal pemudik terbesar dari Jawa, sekitar 68 persen dari total pemudik. Selain itu, potensi daerah tujuan pemudik terbesar juga menuju ke Jawa, sekitar 65 persen dari total pemudik.

Tol Baru Jadi Jalur Darurat

Kecelakaan yang terjadi di ruas tol fungsional membuat Kemenhub memutuskan mengubah status jalur tersebut. bila sebelumnya tol itu berstatus fungsional, kini namanya menjadi jalur darurat. Otomatis, aturan berkendara bakal diperketat selama melewati jalur tersebut.

Menhub Budi Karya Sumadi menjelaskan, Rabu (21/6) lalu dia menjajal sendiri ruas tol fungsional tersebut. hasilnya, memang ada beberapa kekurangan. Ada sejumlah ruas yang masih berlubang, berdebu, tidak ada pagar, dan malamnya tidak ada lampu,’’ ujarnya usai rapat kabinet paripurna di Istana Merdeka kemarin (22/6).

Bersama sejumlah staf Kementerian PUPR dan Jasa Marga, Budi menjajal ruas tol itu dari Pemalang hingga Brebes. Saat itu, mobil dicoba berjalan dengan kecepatan 60 km/jam. Terasa sekali bahwa laju mobil menjadi tidak stabil. Selain itu, debu juga beterbangan. “Kalau ngebut, kami yakin pasti terguling,” lanjut mantan Dirut PT Angkasa Pura II itu.

Atas dasar itu, tol fungsional itu diganti statusnya menjadi jalur darurat. Dampaknya, jam operasional tol dibatasi. Jalur itu hanya boleh dilalui pukul 06.00-18.00. Selain itu, kecepatan kendaraan juga dibatasi 40 km/jam demi menghindari potensi kecelakaan, baik tunggal maupun melibatkan beberapa kendaraan. Kepolisian juga dimintai bantuan pengawasan agar pengendara benar-benar patuh dengan aturan tersebut

Meskipun demikian, dia tetap mengapresiasi beroperasinya ruas tol tersebut. Dalam kondisi infrastruktur belum selesai dibangun, tol itu sudah dioperasikan dan terbukti cukup membantu untuk menambah alternatif. ’’Jadi, jangan dianggap ini memaksankan, tapi justru menjadi effort pemerintah,’’ tuturnya.

Kakorlantas Irjen royke Lumowa menyatakan setuju dengan pergantian status tersebut. Hanya saja, mereka meminta agar tol fungsional atau jalur darurat ini bisa tetap dibuka pada malam hari jika kemacetan telah terjadi dan membutuhkan jalur tambahan.

Itupun dengan syarat bahwa rombongan pemudik yang dialihkan ke jalur tol fungsional atau jalur darurat ini dipandu oleh mobil patroli kepolisian. Pihaknya sudah menyediakan sejumlah mobil patroli untuk memandu pemudik melintasi jalur. “Tujuannya, agar kecepatan bisa ditahan tidak lebih dari 40 kilometer per jam,” katanya.

Hingga kemarin, ada tiga kali kecelakaan (bukan enam seperti diberitakan sebelumnya) yang terjadi di ruas darurat itu. ’’Terjadi tiga laka tunggal, disebabkan ngantuk,’’ terang Kabidhumas Polda Jateng Kombes Djarod Padakova saat dikonfirmasi kemarin (22/6). Seluruhnya tidak sampai memakan korban jiwa. Kecelakaan itu terjadi di hari yang sama, yakni Selasa (20/6).

Dimulai dari kecelakaan mobil Honda Freed B 1335 SFW yang oleng dan terjun ke sungai di Sewaka, Kabupaten Pemalang. Kemudian, dilanjutkan oleh Mitsubishi Outlander terperosok di Petanjungan, Pemalang. Malamnya, Toyota Rush B 1745 KRS ditemukan terbalik di kawasn Warungsae, Batang. Dua orang terluka.

Situasi mudik tersebut juga sempat dibahas dalam Rapat Kabinet Paripurna di Istana Merdeka kemarin. Presiden Joko Widodo meminta paparan mengenai kondisi terkini di jalur mudik. ’’Saya ingin agar penanganan arus mudik ini betul-betul terintegrasi,’’ ujarnya.

Dia menyebut sejumlah sektor yang wajib berkoordinasi. Seperti Polri, TNI, Kemenhub,  Kementerian PUPR, Kementerian ESDM, dan Kementerian BUMN. Setiap kali muncul persoalan di lapangan, harus langsung bisa dipecahkan saat itu juga. ’’Betul-betul penanganannya bersama-sama, dan kesampingkan ego sektoral masing-masing,’’ lanjutnya.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono tidak banyak berkomentar mengenai kondisi jalur tersebut. Sejak awal, pihaknya memperingatkan pemudik bahwa jalur itu bukanlah jalan bebas hambatan. Jalur itu belum selesai dikerjakan, sehingga tidak boleh digunakan layaknya jalan bebas hambatan. Pemudik harus berhati-hati.

Basuki menuturkan, pihaknya terus memantau penggunaan jalur tersebut. ’’Kami sudah siapkan 20 unit tangki air untuk menyiram terus,’’ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan kemarin. penyiraman dilakukan untuk meminimalisir debu yang beterbangan di sepanjang jalur itu.

Sementara itu, selain masalah di jalan tol darurat Brebes – Grinsing, Polri turut menyoroti rest area pada jalur yang dilalui pemudik. Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menjelaskan, sejak awal pekan lonjakan pemudik sudah terasa. Itu berlanjut sampai kemarin.

Semakin dekat puncak arus mudik hari ini (22/6) kendaraan yang melintas dari Jakarta ke berbagai wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur semakin padat. ”Dari Jakarta ke arah timur sudah mulai meningkat,” kata dia.

Berdasar laporan yang dia terima, arus lalu lintas (lalin) tersendat menjelang sampai lepas jam buka puasa. Hal serupa juga terjadi ketika jam sahur tiba. Penyebabnya tidak lain lantaran mayoritas pemudik berebut masuk rest area. ”Sehingga rest area penuh,” ujarnya.

Lantaran kapasitas setiap rest area terbatas, tidak jarang kendaraan mengular. Alhasil, arus lalin di jalur tol pun terganggu. Untuk itu, Polri mengimbau agar pemudik tidak memaksakan diri masuk rest area ketika jam buka atau sahur.

Setyo menyarankan pemudik membawa bekal yang dapat disantap di dalam kendaraan. Khususnya bagi pemudik yang bertolak kemarin dan hari ini. Dengan begitu, mereka tidak perlu memaksakan diri masuk rest area yang sudah penuh. ”Bisa melanjutkan perjalanan sambil mencari tempat untuk buka puasa atau sahur,” kata dia menyarankan. Meski sepele, Polri berpendapat hal itu efektif mengurangi titik sendat pada jalur mudik.

Selain imbauan berkaitan dengan bekal buka puasa dan sahur, Setyo juga mengingatkan kembali agar pemudik tidak membawa barang berlebihan. Imbauan itu dia sampaikan ulang lantaran hasil tinjauan Kapolri Jenderal Tito Karnavian Rabu (21/6), masih ada pemudik yang nekat membawa barang berlebihan. ”Kalau sampai jatuh. Terlindas atau kendaraan yang belakang menghindar bisa menimbulkan kecelakaan lalin,” terangnya.

Berkaitan kecelakaan lalin, Setyo mengakui bahwa terjadi sejumlah kecelakaan sejak Senin sampai kemarin. Namun, tidak sampai menyebabkan pemudik meninggal dunia. ”Hanya kecelakaan material,” tuturnya. Dia pun mengklaim, kecelakaan lalin yang terjadi sejak H-7 sampai H-4 Idul Fitri tahun ini lebih sedikit ketimbang periode serupa tahun lalu. Namun demikian, Polri tetap meminta pemudik ekstra hati-hati. Sehingga potensi kecelakaan lalin berkurang.

Bukan hanya di Jawa, itu berlaku untuk pemudik yang di wilayah lain. Misalnya Sumatera. Laporan terakhir menyebutkan bahwa kendaraan menuju Pelabuhan Merak sangat tinggi. ”Jalur lintas Sumatera yang padat itu dari Merak ke Bakauheni,” ucap Setyo. Selebihnya, arus lalin di jalur lintas Sumatera relatif lancar. Pantauan Polri, arus lalin di jalur penting kondusif. Termasuk jalur di wilayah perkotaan seperti Medan, Sumatera Utara. (byu/tau/syn/jpg)