Peneliti Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Meli Triana menilai intervensi non farmasi seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mampu menurunkan angka penyebaran kasus Covid-19.
Dia melihat adanya pelandaian kurva kasus harian setelah diterapkannya PSBB terutama di DKI Jakarta dan Jawa Timur.
Berdasarkan data persentase perubahan durasi waktu penduduk berada di rumah dari google mobility report dari tanggal 15 Fabruari hingga 25 September 2020, IDEAS melihat PSBB sangat berdampak pada lamanya masyarakat untuk tetap berada di rumah.
“Di DKI Jakarta, persentase perubahan durasi penduduk di rumah sudah meningkat bahkan sebelum pemerintah menetapkan kebijakan untuk sekolah jarak jauh dan work from home (WFH) pada 16 Maret 2020. Kemudian semakin meningkat hingga sekitar 20 persen dan persentase perubahan tertinggi terjadi di masa PSBB pertama yaitu 34 persen,” kata Meli Triana, dalam diskusi hasil riset #IDEASTalk yang bertajuk ‘Evaluasi 7 Bulan Pandemi, Urgensi Intervensi Non Farmasi’ di Jakarta, Selasa (13/10/2020).
Setelah masa diterapkannya PSBB transisi persentase perubahan durasi waktu penduduk berada di rumah terus menurun karena masyarakat sudah mulai berkegiatan kembali di luar rumah. Durasi penduduk berada di rumah kembali meningkat setelah diterapkannya kembali PSBB pada 14 September 2020.
“Dampak dari peningkatan durasi penduduk berada di rumah dapat terlihat setelah beberapa minggu kemudian. Pada bulan April (masa PSBB) masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah selama dalam sehari, terlihat data kasus positif harian cukup landai di bulan Mei sampai Juni,” ujar Meli.
Dia menambahkan, ketika PSBB pertama dicabut dan PSBB trasnsisi diterapkan, data kasus harian terkonfirmasi covid-19 semakin meningkat tajam hingga awal Oktober.
Sama seperti DKI Jakarta, di Jawa Timur perubahan durasi penduduk di rumah sudah meningkat tajam setelah 16 Maret 2020. Persentase perubahan durasi masyarakat berada di rumah di Jawa Timur lebih kecil dibandingkan DKI Jakarta karena tidak semua kab/kota melakukan PSBB. Puncak tertinggi yaitu 23 persen terjadi pada masa PSBB.
“Setelah diterapkan new normal, durasi masyarakat berada di rumah semakin menurun. Satu bulan setelah berakhirnya masa PSBB terjadi penurunan kasus harian di bulan juli tetapi kemudian meningkat kembali setelah adaptasi new normal,” ucap Meli.[]