Perkuat Belanja Negara

JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2022 diperkirakan tetap kuat dan tumbuh di atas lima persen. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka resminya pada Senin (7/11).

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, hal terpen ting saat ini adalah mengoptimal kan APBN dan kebijakan fiskal. Khususnya, untuk menopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2022.

“Karena realisasi dari belanja APBN kita masih relatif kecil terhadap total pagunya, yakni sekitar 76 persen. Artinya, ada sekitar 24 persen yang harus dikejar sampai akhir tahun nanti. Ini yang perlu di optimalkan pemerintah,” ujar Yusuf kepada Republika, Ahad (6/11).

Yusuf menilai, program pemulihan ekonomi nasional (PEN) berha sil menjaga daya beli masyarakat dari efek kenaikan BBM. Dia menegaskan, hal tersebut perlu dioptimal kan untuk menjaga daya beli dan pada akhirnya bisa menjaga pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini.

Untuk kuartal III 2022, Yusuf memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tetap solid meski ada kenaikan harga BBM. Berdasarkan data indeks penjualan riil, dia menye but, pertumbuhan pada kuartal III 2022 lebih baik dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.Atas dasar itu, kata Yusuf, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III secara keseluruhan dan tahunan masih berpotensi tumbuh di atas 5 persen.

“Kalau kisarannya itu, pertumbuh an ekonomi di kisaran 5 persen sampai 5,2 persen,” kata Yusuf.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2022 mampu tum buh 5,44 persen (yoy). Menurut Yusuf, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tidak akan setinggi kuartal sebelumnya karena mulai ada dampak inflasi. Meski begitu, dampak inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat meningkat pada kuar tal IV 2022.

Kinerja perekonomian Indonesia memang diperkirakan masih positif meski perekonomian global sedang dalam tekanan. “Perbaikan perekonomian domestik pada kuartal ketiga di Indonesia diproyeksikan masih akan terus berlanjut. Ini ditopang agregat demandsisi domes tik, yaitu konsumsi swasta yang kuat di tengah kenaikan inflasi, investasi nonbangunan yang meningkat, dan kinerja ekspor yang terjaga,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Salah satu tantangan ke depan berkaitan dengan kenaikan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve atau Fed Funds Rate. Hal ini akan menyebabkan depresiasi ter hadap nilai tukar berbagai negara. Meski demikian, Sri menyatakan, stabilitas sistem keuangan Indo nesia per kuartal III 2022 masih terjaga. Hal ini sejalan dengan penu runan kasus Covid-19 dan ditopang oleh pemulihan konsumsi domestik.

“Dengan konsumsi swasta yang kuat di tengah kenaikan inflasi, investasi nonbangunan yang me ningkat, serta kinerja ekspor yang masih terjaga stabilitas sistem keuangan pada kuartal III 2022 tetap berada dalam kondisi yang resilience,”ujarnya.

Ekonom Institute For Demographic and Poverty Studies (Ideas)Askar Muhammad merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi pada kuartal III 2022.

Dia mengatakan, awalnya pertumbuh an ekonomi pada kuartal III 2022 bisa mencapai 5,5 persen.

Kendati demikian, setelah ada data realisasi investasi dari BKPM yang tumbuh 60 persen pada kuartal III 2022, dia merevisi proyeksi pertumbuhan PDB menjadi paling tinggi 5,8 persen.

Meski begitu, Askar menilai, inflasi masih akan menjadi tantangan dalam menjaga pertumbuhan ekono mi ke depan. Dia mengatakan, inflasi berdampak langsung ke masya rakat dan konsumsi rumah tangga yang merupakan motor utama penggerak ekonomi.

Ideas menilai, upaya pemerintah dalam mengendalikan harga- har ga mampu meredam lonjakan inflasi.
Awalnya, Askar melanjutkan, inflasi diproyeksikan mencapai tujuh persen. Akan tetapi, berkat pengendalian harga inflasi bisa diredam ke level 5,71 persen (yoy)pada Oktober 2022.

“Kemampuan pemerintah menjaga tarif transportasi juga berdampak positif,” ujarnya.

Askar memprediksi pada kuartal IV 2022, ancaman inflasi masih akan tetap ada. Hal tersebut karena dari sisi produsen, inflasinya relatif tinggi.

“Jarak antara harga diterima produsen dan harga yang dibayar semakin kecil pertumbuhannya.Artinya, pada kuartal IV 2022, proyeksi kami produsen sudah mau tidak mau mulai melepas keekonomiannya ke konsumen. Ancaman inflasi di atas enam persen masih ada,” kata Askar.[]


Artikel ini telah tayang di Koran Republika dengan judul “Perkuat Belanja Negara”, Klik untuk baca: https://epaper.republika.co.id/main_beta/?x=1674622802&y=1667809467