Janji Ekonomi Cak Imin, Gibran, Mahfud, Siapa Paling Menjanjikan?

Pengamat menyebut banyak janji Cak Imin, Gibran dan Mahfud MD di debat cawapres kemarin tak realistis dan berpotensi jadi 'mimpi'.

Jakarta, CNN Indonesia — Para calon presiden yang akan bertempur dalam Pemilihan Presiden 2024 bertarung mati-matian demi menarik simpati rakyat supaya mau memilih mereka dalam Debat Cawapres yang digelar Jumat (22/12) malam.

Sejumlah angin surga mereka hembuskan demi menarik dukungan masyarakat. Urut dari calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar misalnya.

Dalam debat semalam ada sejumlah janji manis yang ia tebar ke masyarakat, antara lain; bakal gelontorkan Rp150 triliun untuk membantu kaum muda membuka usaha, menyiram desa dengan bantuan Rp5 miliar per tahun, memajaki 100 orang terkaya di Indonesia dan menurunkan kewajiban negara itu untuk rakyat menengah ke bawah dan membangun 40 kota selevel Jakarta.

Cak Imin, sapaan akrabnya, juga berjanji menghadirkan pendidikan murah dengan membebaskan pajak infrastruktur dan institusinya, dan membawa ekonomi Indonesia tumbuh stabil di kisaran 5,6 persen.

Untuk calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka, ia tetap kukuh menjanjikan program makan siang gratis meski membutuhkan dana sampai Rp400 triliun, menciptakan 19 juta lapangan kerja baru dengan melanjutkan program hilirisasi yang sudah dilaksanakan sang ayahanda Jokowi saat ini.

Gibran juga berjanji untuk menggenjot penerimaan negara dengan membentuk badan baru. Nama lembaga baru itu; Badan Penerimaan Negara.

Badan ini nantinya akan dikomandoi langsung oleh presiden. Ia berharap dengan badan ini, penerimaan negara bisa digenjot habis-habisan supaya hasilnya dapat dimanfaatkan untuk membiayai program pendidikan, kesehatan, dan sektor lainnya.

Sementara untuk calon wakil presiden nomor 3 Mahfud MD, janji yang ia tebar adalah; membabat habis korupsi, kolusi dan nepotisme supaya ekonomi Indonesia bisa terbang ke level 7 persen dan rakyat bisa makin sejahtera.

Mahfud juga berjanji melaksanakan 21 program unggulan; menyediakan 17 juta lapangan kerja, satu desa satu fasilitas kesehatan dan satu tenaga kesehatan, menyediakan 10 juta hunian supaya masyarakat punya bisa punya rumah dengan mudah.

Selanjutnya, melaksanakan program satu keluarga miskin satu sarjana, perempuan maju, buruh naik kelas, kuliah gratis, masjid sejahtera dan pengurus masjid terlindungi, guru ngaji digaji, lansia bahagia anak cucu gembira, petani bangga bertani di laut jaya, nelayan sejahtera, disablitas mandiri berprestasi, satu desa satu mobil, akses internet cepat dan gratis merata, bansos pasti lanjut dengan tepat sasaran dan KTP sakti.

Lalu dari sejumlah janji manis para calon wakil presiden itu, manakah yang bisa jadi kenyataan dan mana juga yang hanya akan berakhir jadi bualan?

Ekonom UI Yusuf Wibisono menyebut dari sejumlah janji yang disampaikan Cak Imin, Gibran dan Mahfud dalam debat semalam, memang ada yang terlalu ambisius dan berpotensi bualan saja. Pasalnya, meskipun mereka membuat program ambisius, tapi tak ada langkah nyata yang dipaparkan untuk mewujudkan janji itu.

Salah satu janji ambisius itu Program Makan Siang Gratis yang ditebar Gibran. Tapi, dari paparan debat yang disampaikan Gibran semalam, Yusuf tidak mengungkap langkah kongkret yang ia dan Prabowo akan lakukan untuk melaksanakan program itu.

Termasuk, soal asal dana Rp400 triliun yang ia sebut akan digunakan untuk membiayai program tersebut. Yusuf mengatakan dana APBN saat ini sangat terbatas.

Untuk APBN 2023 saja misalnya, dari total belanja negara yang ditetapkan Jokowi melalui Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2023 tentang Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2022 Tentang Rincian Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2023 mencapai Rp3.117 triliun.

Anggaran belanja itu sudah banyak terkunci untuk banyak keperluan rutin. Antara lain; untuk belanja pegawai Rp442 triliun, pendidikan juga tembus Rp612 triliun, kesehatan Rp172 triliun.

Belanja negara juga sudah banyak tersedot untuk subsidi energi Rp185 triliun, dana perlindungan sosial yang menyentuh Rp476 triliun.

“Jadi janji cawapres 02 (Gibran) untuk makan siang gratis puluhan juta anak terlihat menjadi tidak kredibel karena mahal dan tidak memiliki kerangka pendanaan yang jelas,” katanya kepada CNNIndonesia, Jumat malam.

Ia mengatakan Gibran memang sempat menyampaikan bahwa untuk mendapatkan pendanaan itu, ia dan Prabowo Subianto pasangannya, akan mendirikan Badan Penerimaan Negara.

Tapi kemudian , Gibran ia pandang tidak menyebutkan program yang jelas soal bagaimana akhirnya pembentukan badan baru itu nantinya akan bisa meningkatkan pendapatan negara.

“Padahal capres-cawapres 02 memiliki target yang sangat muluk, bahkan utopis, yaitu target rasio pendapatan negara 23 persen dari PDB. Dengan rasio pendapatan negara saat ini hanya di kisaran 12 persen dari PDB, artinya target capres-cawapres 02 ini setidaknya membutuhkan kenaikan penerimaan perpajakan (tax ratio) hingga kisaran 18-19 persen dari PDB dan penerimaan nonpajak hingga kisaran 4-5 persen dari PDB,” katanya.

“Jadi tanpa rencana program reformasi yang jelas, target ini terlalu optimis, tidak realistis,” katanya.

Kritik sama juga ia berikan kepada janji Gibran bakal menciptakan 19 juta lapangan kerja dengan melanjutkan dan memperluas program hilirisasi tambang yang sudah dilaksanakan Jokowi.

Menurutnya,  menciptakan lapangan 19 juta lapangan kerja dengan hilirisasi tambang dan digital sangat tidak kredibel. Pasalnya, Hilirisasi tambang sangat padat modal.

Tak hanya itu, tenaga kerja yang digunakan pun kebanyakan asing. Pun begitu dengan sektor digital; padat modal dan membutuhkan tenaga kerja yang sangat terlatih.

“Keduanya tidak akan menciptakan lapangan kerja secara luas. Janji 19 juta lapangan pekerjaan menjadi utopia dengan kebijakan seperti ini,” katanya.

Kritik sama juga ia arahkan pada janji Cak Imin dalam menciptakan 40 kota selevel Jakarta. Ia juga ragu dengan realisasi janji itu.

Pasalnya, meski memiliki target ambisius, ternyata Cak Imin sampai akhir debat juga tidak mampu menjabarkan secara rinci bagaimana hal itu akan dicapai.

Selain itu, membangun 40 kota selevel Jakarta juga tidak tercantum di Visi Misi AMIN.

Janji yang ada dalam visi-misi Amin hanya mewujudkan kota layak huni dengan jaringan transportasi massal, fasilitas Pendidikan dan Kesehatan, air bersih, sanitasi, energi terbarukan, ruang terbuka hijau hingga pengelolaan sampah.

Kebutuhan anggaran untuk mewujudkan itu juga cukup besar. Misal, untuk infrastruktur transportasi massal, pembangunan jaringan rel kereta api sekitar 1.300 km di Sumatera, 1.750 Km di Sulawesi, 2.400 Km di Kalimantan dan re-aktiviasi 2.700 km di Jawa dibutuhkan lebih dari Rp 500 triliun.

“Jadi jika cawapres 01 (Cak Imin) menjanjikan 40 kota selevel Jakarta dengan karakteristik seperti dalam visi-misi Amin di atas, tentu janji ini terlihat tidak kredibel,” katanya.

Pengamat menyebut banyak janji Cak Imin, Gibran dan Mahfud MD di debat cawapres kemarin tak realistis dan berpotensi jadi 'mimpi'.

Segendang sepenarian, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda juga mengkritik janji-janji yang disampaikan para cawapres dalam debat semalam. Kritik salah satunya ia arahkan pada janji para calon dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Ia mengatakan target pertumbuhan ekonomi sejatinya menjadi bahasan penting dalam debat. Cak Imin menyampaikan ingin menggenjot pertumbuhan ke level 5,6 persen sampai 6 persen.

Sementara itu Mahfud tetap pede ingin menerbangkan ekonomi Indonesia ke level 7 persen. Namun sayang katanya, banyak yang tidak fokus mau menggarap apa.

Yang fokus hanyalah Mahfud. Ia mengatakan Mahfud menjelaskan bahwa untuk menggenjot ekonomi sampai ke level 7 persen, program unggulan utamanya adalah memberantas korupsi yang merajalela di hampir semua matra; darat, laut dan udara.

Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini masih banyak mendapatkan banyak beban. Salah satunya, tingginya beban yang harus dikeluarkan oleh investor untuk berinvestasi di Indonesia yang tercermin dari angka Incremental Capital Output Ratio atau ICOR saat ini.

ICOR sebagai informasi, merupakan parameter yang menggambarkan efisiensi investasi yang tercermin dari besaran modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output.

Ia mengatakan ICOR di Indonesia masih berada di level 6,7 saat ini. Katanya, angka itu cukup tinggi. Pemicunya salah satunya korupsi yang marak di segala lini proses investasi.

“ICOR yang tinggi tadi dibahas dan itu bagus karena ICOR kita menyentuh level 6,7. Perlu dorongan ekstra untuk bisa menekan ICOR ke angka 4-5 poin. Masalah korupsi dan efisiensi birokrasi tadi banyak dibahas oleh Pak Mahfud. Poin plus untuk masalah ICOR,” katanya.

“Yang paling realistis adalah menurunkan ICOR dengan memperkuat penanganan korupsi dan inefisiensi birokrasi,” katanya.

Kritik lain ia sematkan pada rencana pembentukan Badan Penerimaan Negara yang disampaikan Gibran. Ia mengatakan Gibran belum menjelaskan secara rinci soal badan itu.

Penjelasan yang disampaikan Gibran justru menimbulkan kekhawatiran baru. Penjelasan terkait posisi badan yang langsung berada di bawah presiden.

“Ini menimbulkan kekuatan yang sangat kuat dari Badan tersebut. Sekarang di bawah Kemenkeu plus ada BPK saja mereka masih bisa “bermain” apalagi nanti jadi badan sendiri,” katanya.

Sementara itu, Ekonom CORE Yusuf Randy Manilet mengatakan debat semalam belum mampu memberikan gambaran utuh soal visi dan misi ekonomi cawapres. Terutama untuk Cak Imin.

Ia mengatakan tidak bisa mendapatkan gambaran jelas soal apa yang akan atau ditawarkan Cak Imin untuk membangun ekonomi Indonesia.

“Katakanlah soal menciptakan kota yang mendekati kemiripan dengan Jakarta, masih terdapat pertanyaan terkait bagaimana definisi dari penciptaan kota yang dimaksud,” katanya.

Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Andri Perdana juga menyoroti masalah program dana bantuan modal Rp150 triliun ke anak muda, pembangunan 40 kota selevel Jakarta dan dana Rp5 miliar per desa per tahun yang dijanjikan Cak Imin dan Program Makan Siang Gratis Gibran.

Ia mengatakan kalau mengacu ruang fiskal yang ada sekarang janji itu berpotensi jadi bualan.

Jadi seperti anggaran besar seperti 150 T kredit anak muda, pembangunan 40 kota seperti jakarta, atau pun makan siang gratis yg rp400 T.

“Itu kalau dengan ruang fiskal sekarang sebenarnya sangat sulit, karena kita dengan belanja sekarang saja dari defisit APBN cenderung melebar dalam 10 tahun terakhir,” katanya.

Tak hanya jadi bualan, untuk Gibran, janji ini juga bertentangan dengan visi misi yang ia usung.

“Ini kontradiktif dengan visi misi mereka yang akan mengurangi utang pemerintah terutama di Prabowo-Gibran sampai 50 persen di 5 tahun ke depan,” katanya.

Sumber :https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20231223063433-532-1041019/janji-ekonomi-cak-imin-gibran-mahfud-siapa-paling-menjanjikan/2