METROTVNEWS – Jakarta: Ekonomi syariah dan industri halal ialah kesempatan besar bagi Indonesia untuk menumbuhkan pemain lokal berbasis UMKM dan ekonomi rakyat.
Analis Senior Dinar Standard Iman Ali Liaqat menjelaskan laporan The Global Islamic Economy Indicator mencakup 81 negara. “Indonesia, kabar baiknya naik peringkat ke-3 pada tahun ini,” kata Iman, dalam paparan The State of the Global Islamic Economy 2023 Report oleh Dinar Standard dan didukung Kementerian Ekonomi dan Pariwisata Dubai, Selasa, 26 Desember 2023.
Malaysia mempertahankan posisi teratas selama 10 tahun berturut-turut, diikuti Arab Saudi, Indonesia, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Pakar ekonomi syariah sekaligus Komisaris Independen Bank Syariah Indonesia (BSI) Adiwarman Azwar Karim menyampaikan saat ini ada dua pemeringkat ekonomi syariah di dunia. Pertama SGIE Report oleh Dinar Dubai. Kedua, yaitu Global Islamic Finance Awards (GIFA) oleh Cambridge UK, Inggris.
“Dua-duanya kita jadikan feedback sekaligus membuka mata mereka tentang kemajuan ekonomi syariah Indonesia. Hal itu karena terbatasnya data mereka tentang Indonesia,” kata Adiwarman, dihubungi Senin, 25 Desember 2023.
Di Indonesia, untuk bidang halal memiliki lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang memiliki program sertifikat halal seluruh produk, termasuk menggratiskan sertifikasi produk halal bagi UMKM. Sementara itu, untuk keuangan syariah, Indonesia telah memiliki instrumen-instrumen sukuk negara, instrumen moneter syariah, perbankan syariah, dan lainnya. “It’s on going process (perkembangannya),” kata Adi.
Membentuk KNEKS
Direktur Infrastruktur Ekonomi Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat menambahkan, pemerintah menunjukkan komitmen yang semakin kuat dalam mengembangkan ekonomi syariah termasuk industri halal dengan membentuk Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), yang dahulunya Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS).
Di dalam KNEKS ada Presiden RI sebagai Ketua dan Wakil Presiden RI sebagai Ketua Harian, serta ada 16 menteri dan kepala lembaga yang menjadi anggota. Komite itu juga menjadi wadah koordinasi antarkementerian dan lembaga dan stakeholders lainnya dalam pengembangan ekonomi syariah.
“Dengan pergerakan yang semakin terkoordinasi, Indonesia pada 2023 menjadi negara nomor 3 terbaik dalam pengembangan ekonomi syariah di dunia, oleh Dinar Standard dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2023,” kata Sutan Emir.
Tahun ini Indonesia juga mendapat peringkat ke-3 dalam Islamic Finance Development Indicator (IFDI), Islamic Finance Country Index (IFCI) yang ada dalam Global Islamic Finance Report (GIFR) dan dalam Global Islamic Fintech Report.
“Indonesia juga mendapatkan ranking ke-1 dalam Global Muslim Travel Index (GMTI). Artinya, di seluruh pemeringkatan Indonesia masuk tiga besar, bahkan alhamdulillah sudah ada yang nomor 1,” kata Sutan Emir.
Mengutip dari Master Plan Industri Halal Indonesia 2023-2029 Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), dijelaskan perkembangan industri halal ialah salah satu jawaban atas transformasi ekonomi Indonesia menuju ekonomi berkelanjutan dalam pengembangan paradigma baru industrialisasi di Indonesia saat ini dan mendatang.
Industri halal merupakan kegiatan memproses atau mengolah barang/jasa halal dengan keterlibatan penggunaan sumber daya bahan baku, sarana peralatan, dan proses pengolahan yang diizinkan syariat Islam untuk menghasilkan produk halal, termasuk rantai nilai yang terkait dengan kegiatan industri tersebut, di antaranya halal lifestyle yang sehat, baik, dan berkelanjutan.
Perkembangan ekonomi syariah dan halal lifestyle mulai dilirik banyak negara di dunia sebagai salah satu unsur penting untuk pengembangan sumber-sumber pertumbuhan baru guna menopang perekonomian yang berkelanjutan.
Perlu pembenahan
Senior Partner Indonesia dari Dinar Standard Afdhal Aliasar mengatakan masih banyak yang harus diperbaiki Indonesia terkait dengan pengembangan industri, rantai nilai, dan produk halal. Namun, secara komitmen, langkah pemerintah Indonesia sudah bagus untuk pengembangan industri halal, dengan kepemimpinan Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin dalam beberapa tahun terakhir ini sehingga tingkat awareness/kesadaran masyarakat terkait dengan industri syariah naik signifikan.
“Ke depan kerja nyata sektor riil halal dan keuangan syariah perlu dibenahi lebih baik lagi, termasuk juga pembenahan di sektor pariwisata ramah muslim dan ekonomi digital terkait dengan usaha dan produk halal. Jadi tidak hanya jumlah sertifikasi halal ukurannya,” kata Afdhal.
Kemajuan industri dan ekonomi syariah yang dasar nilainya/value based-nya bisa dirasakan manfaatnya oleh segenap lapisan masyarakat, menjadi kunci ke depannya. Industrialisasi produk pangan halal dari raw material menjadi produk akhir merupakan sektor yang kritikal ke depannya. Itu terutama karena geopolitik yang makin dinamis dan dengan ketidakpastian yang tinggi.
“Kemandirian produk pangan halal Indonesia menjadi penting sekali, dan kami ingin membantu industri halal Indonesia makin berkembang dan makin berkualitas,” kata Afdhal.
Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono mengatakan peringkat Indonesia di dalam Global Islamic Economy Indicator, benar adanya relatif meningkat dalam 5 tahun terakhir, terutama di sektor pangan halal.
Namun, terlepas dari peringkat yang semakin membaik, sebenarnya tantangan ekonomi syariah Indonesia ke depan cukup berat. Hal itu terutama karena negara-negara lain juga banyak yang tertarik dan ikut mengembangkan ekonomi syariah dan mereka jauh lebih progresif jika dibandingkan dengan Indonesia.
“Tantangan terbesar ialah Indonesia terkenal sebagai negara dengan belanja produk halal besar, tetapi dengan pemain lokal yang rendah,” kata Yusuf.
Potensi pasar halal domestik yang besar ini masih lebih banyak digarap pemain luar. Jika Indonesia bisa meningkatkan jumlah pemain halal lokal itu semakin banyak dan semakin kuat, tidak hanya pasar domestik, Indonesia juga berpeluang menggarap pasar halal global dari 1,8 miliar muslim dunia.
Masalah terbesar di sini ialah lambannya kita dalam mengembangkan industri halal, pemerintah kurang agresif, padahal kita memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemain dunia.
Sebagai misal, di industri modest fashion, produk busana muslim Indonesia diakui sangat berkualitas dan kreatif dengan talenta desainer yang sangat berbakat, sangat kompetitif untuk bersaing di kancah global. “Namun, eksportir busana muslim terbesar di dunia saat ini direbut Tiongkok yang notabene negara nonmuslim dan belum lama mengembangkan industri halal,” kata Yusuf.
Kebijakan masih lamban
Lebih jauh, selain lamban, banyak pula kebijakan yang digulirkan lebih banyak bersifat gimik, tidak substantif mendorong kemajuan industri halal. Sebagai misal, Indonesia berambisi menjadi pusat industri keuangan syariah dunia, tetapi hingga kini market share perbankan syariah hanya di kisaran tujuh persen.
Kebijakan yang digulirkan riuh, tetapi tidak substantif, seperti kebijakan merger tiga bank syariah BUMN, tetapi setelah merger, tidak ada penambahan modal sehingga tidak ada dampak pada market share perbankan syariah.
“Dengan di tingkat global share perbankan syariah kita hanya di kisaran dua persen, tentu cita-cita Indonesia menjadi pusat keuangan syariah dunia jadi seperti utopia,” kata Yusuf.
Dalam upaya mendorong Indonesia sebagai pusat industri halal dunia dan sekaligus meningkatkan jumlah pemain lokal ini, menurut dia, langkah paling efektif adalah menciptakan ekosistem ekonomi syariah dan industri halal yang komprehensif, mulai sertifikasi halal, pasokan SDM industri halal, dukungan pembiayaan syariah untuk industri halal, kawasan industri halal, termasuk pusat riset halal, hingga dukungan edukasi dan promosi halal ke publik yang masif.
Negara lain yang bahkan negara nonmuslim gencar membangun ekosistem industri halal ini. Thailand secara agresif mengejar visi sebagai pusat industri makanan halal dunia. Korea Selatan serius mengembangkan diri sebagai pusat wisata halal dunia. Indonesia harus bergerak cepat jika tidak ingin menjadi penonton di industri halal global ini.
Ekonomi syariah dan industri halal ialah kesempatan besar bagi Indonesia untuk menumbuhkan pemain lokal berbasis UMKM dan ekonomi rakyat.
Jangan sampai besarnya potensi pasar ini akhirnya nanti hanya dinikmati pemain besar lagi, dan bahkan pemain asing yang memang memiliki kekuatan kapital besar tanpa harus mendapat dukungan apa pun. “Berbagai brand asing ternama kini sudah mulai melirik pasar halal Indonesia sekarang ini, pemerintah harus mengambil inisiatif yang cepat dan terukur untuk membesarkan UMKM halal Indonesia,” kata Yusuf.
Sumber :https://www.metrotvnews.com/read/N0BCvEwo-geliat-ekonomi-syariah-kian-menggigit