KORANTEMPO, JAKARTA — Para petani saat ini sedang menanti-nanti tambahan bantuan benih jagung yang dijanjikan pemerintah. Sebab, bantuan benih jagung hasil refocussing anggaran 2023 untuk periode Desember 2023 hingga Januari 2024 sudah tak tersisa. Bantuan tersebut telah disalurkan ke 150 ribu hektare tanaman jagung. Sedangkan untuk tahun anggaran 2024, pemerintah berencana memberikan bantuan benih jagung sebanyak 30 ribu ton.
Direktur Perbenihan Kementerian Pertanian Yudi Sastro mengatakan bantuan benih tersebut akan dibagikan mulai bulan depan. “Sekarang lagi mulai proses kontrak,” kata dia. Untuk mendapatkan benih, petani dapat mengajukan permintaan bantuan ke dinas pertanian kabupaten atau kota. Selanjutnya, dokumen Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) akan diverifikasi oleh dinas pertanian provinsi untuk diajukan ke Kementerian Pertanian. “Setelah kami verifikasi, kemudian dilakukan proses pengadaan melalui sistem E-katalog.”
Bantuan benih akan disalurkan bertahap sesuai dengan permintaan petani, jadwal, serta sasaran tanam di masing-masing daerah. Harapannya, realisasi bantuan tersebut rampung pada Juni mendatang. Bantuan benih juga didukung dengan mesin pemanen jagung dan padi sebanyak 1.400 unit yang menelan anggaran Rp 620 miliar. Bantuan mesin juga masih dalam proses kontrak dengan petani jagung. Kementerian Pertanian, kata dia, akan menyalurkan bantuan mesin sesuai dengan pengajuan kelompok tani.
Pada 2024, Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung sebanyak 16,56 juta ton. Caranya dengan memastikan luas tanaman jagung tercapai 2 juta hektare pada periode Januari-Juni mendatang. Dengan memanfaatkan momentum musim hujan yang mulai datang pada tiga bulan pertama tahun ini, kata Yudi, luas tanam jagung diperkirakan bisa terkejar hingga 1,8 juta hektare. Jika target itu tercapai, pada Juni jumlah panen jagung nasional bisa mencapai 9-10 juta ton.
Untuk meraih target tersebut, Kementerian Pertanian memprioritaskan anggaran serta program mendorong produksi jagung dan padi mulai bulan ini hingga Juni. “Semua anggaran ditahan dan diarahkan ke jagung dan padi,” ujar Yudi. Ada empat program yang akan dijalankan, yakni mengalirkan bantuan benih dan jagung, mengurangi kehilangan hasil saat panen, memberikan bantuan unit mesin pemanen, dan mengoptimalkan lahan rawa sebagai basis lahan pangan.
Pada Maret 2024, petani jagung diproyeksikan memulai masa tanam ketiga. Namun hujan yang belum turun rutin membuat produksi jagung diperkirakan merosot 10-15 persen. Turunnya produksi jagung, Ketua Umum Asosiasi Petani Jagung Indonesia Sholahuddin menuturkan, disebabkan 60 persen tanaman jagung nasional berada di lahan kering atau marginal yang tidak memiliki sistem irigasi. Turunnya produksi jagung nasional akan berdampak pada kenaikan harga pakan ternak.
Pentingnya Pasokan Air
Petani memanen jagung untuk kebutuhan bahan baku pakan ternak ayam di Ciamis, Jawa Barat. ANTARA/Adeng Bustomi
Yudi Sastro membenarkan soal penurunan produksi jagung anjlok akibat El Nino. Kekeringan yang berkepanjangan membuat luas tanam berkurang lebih dari 30 persen dan masa tanam jagung bergeser hingga lima bulan, dari Agustus ke awal Desember 2023. Namun, Yudi menyatakan, pada tahun ini produksi jagung diperkirakan bisa kembali naik.
Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, meminta pemerintah memastikan ketersediaan infrastruktur air untuk mengatasi ancaman El Nino. Dia menuturkan banyak jaringan irigasi tidak berfungsi karena tak tersambung dengan infrastruktur ketersediaan air. Khudori menyoroti hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan yang menyebutkan pembangunan embung dan bendungan tidak dilengkapi dengan jaringan irigasi ke area sawah. Hasilnya, air yang berada di embung tidak dapat dimanfaatkan untuk tanaman sawah.
Khudori mengatakan tidak setiap daerah memprioritaskan anggaran pertanian. Keberpihakan terhadap sektor pertanian, kata dia, bergantung pada kebijakan masing-masing pemerintah daerah. Dia mencontohkan Kabupaten Ngawi yang berhasil menaikkan indeks tanam dari 2,4 menjadi 2,8 karena menempatkan anggaran pertanian sebagai prioritas pertama. Indeks tanam tersebut lebih tinggi daripada indeks tanam nasional yang hanya 1,4. Musababnya, Pemerintah Kabupaten Ngawi menggelontorkan insentif untuk membangun 20 ribu sumur dalam. Luas tanam pangan dan berbagai bantuan ke petani, kata dia, akan menjadi sia-sia jika tidak dibarengi dengan pasokan air yang cukup.
Ketua Dewan Jagung Nasional Tony J. Kristianto berharap petani menyiapkan sistem pengairan buatan agar tanaman tidak mati kekeringan dan tetap bisa panen setelah musim hujan berlalu. Keberhasilan panen jagung, kata dia, tidak hanya di tangan petani, tapi juga ada dukungan dari pemerintah. Dia juga menuturkan hasil panen berpotensi lebih baik jika pemerintah menaikkan kualitas benih bantuan. Tony menilai produktivitas dari benih bantuan pemerintah selama ini kurang baik. “Bisa gagal tumbuh, bisa juga tumbuh tapi hasil tidak sesuai dengan spesifikasi.”
Bantuan benih juga disertai dengan bantuan sarana produksi pertanian, yang menelan anggaran Rp 1,89 triliun pada 2024. Sarana produksi pertanian ini meliputi pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh. Bantuan benih, kata Sekretaris Jenderal Aliansi Petani Indonesia, Muhammad Nuruddin, sering kali tak optimal karena realisasi bantuan pupuk terlambat. Padahal pupuk sangat diperlukan bagi tanaman sejak usia 0 hingga 30 hari. Untuk itu, dia meminta pemerintah mengoptimalkan pemberian bantuan dengan mengidentifikasi CPCL secara tepat sasaran.
Waspada Inflasi Harga Pangan
Petani menurunkan jagung yang baru dipanen di Desa Poi, Sigi, Sulawesi Tengah, 5 Januari 2024. ANTARA/Basri Marzuki
Sementara itu, Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies Yusuf Wibisono menyoroti potensi berlanjutnya penurunan hasil panen jagung karena dampak El Nino. Hal tersebut akan mengerek harga pangan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan harga jagung karena turunnya pasokan. Produksi jagung dalam kondisi normal berada di kisaran 16 juta ton. Penurunan produksi 15 persen berpotensi menurunkan pasokan hingga 2 juta ton.
Selanjutnya, yang kedua, kenaikan harga produk turunan unggas, terutama daging ayam dan telur ayam. Jagung adalah salah satu komponen utama pakan ternak, terutama unggas. Dengan porsi biaya pakan ternak sebesar 60-70 persen dari total biaya produksi, kenaikan harga jagung akan signifikan meningkatkan harga daging ayam dan telur ayam.
Menurut dia, tidak banyak pilihan yang tersedia untuk mencegah kekurangan pasokan pakan ternak selain mengimpor jagung dan gandum. Persoalannya, karena adanya kendala iklim di negara lain dan politik proteksionisme pangan, Indonesia berpotensi menghadapi risiko kenaikan harga jagung dan gandum internasional. “Jika harga impor tinggi, inflasi pangan karena gagal panen jagung ini akan gagal dimitigasi.”
Yusuf berpendapat, pemerintah harus menerbitkan kebijakan yang bersifat struktural, baik untuk meningkatkan luas lahan maupun produktivitas jagung. Sejak 2017, kata dia, Indonesia dapat menekan impor jagung dengan signifikan. Namun kebutuhan jagung dikompensasi oleh permintaan gandum. Seiring tingginya harga jagung, pakan ternak semakin banyak menggunakan gandum sebagai bahan pengganti.
Sumber :https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/486862/petani-berharap-pada-bantuan-benih-jagung