TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono menanggapi soal kenaikan harga beras menjelang Ramadan 2024. Menurut dia, tren harga pangan yang masih tinggi harus diwaspadai karena bakal berkontribusi besar pada tingkat inflasi.
“Kenaikan harga pangan yang melonjak tinggi saat ini, terutama beras, adalah mencemaskan,” ujar Yusuf saat dihubungi Tempo, dikutip pada Selasa, 27 Februari 2024.
Dia menjelaskan, pada 2023 inflasi Indonesia hanya 2,31 persen atau menjadi yang terendah dalam 23 tahun terakhir. Namun inflasi pangan 2023 mencapai 6,73 persen. Angka ini hampir tiga kali lipat lebih tinggi.
Yusuf menuturkan gelombang kenaikan permintaan pangan, yang umumnya diikuti kenaikan harga-harga pangan, mulai terjadi sepekan sebelum Ramadan. Khusus untuk beras, dia menilai ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.
Salah satu penyebab kenaikan harga beras. menurut dia, adalah kondisi alam El Nino. Kekeringan karena El Nino telah mengganggu produksi beras. Namun, Yusuf menegaskan hal ini terlalu dibesar-besarkan oleh pemerintah, bahkan El Nino seolah dianggap faktor tunggal tingginya harga beras saat ini.
Dia berujar harga beras yang semakin bergejolak sebenarnya telah terjadi sejak pertengahan 2022. Sehingga, kata dia, menjadi absurd jika menyalahkan El Nino semata atas hal ini. “Kenaikan harga beras yang terus terjadi dalam 1,5 tahun terakhir ini memperlihatkan adanya masalah struktural yang serius,” ucapnya.
Menurut Yusuf, kenaikan harga beras dalam 1,5 tahun terakhir ini sangat kuat. Walhasil, panen raya pada Maret hingga Juni 2023 dan impor beras sepanjang 2023 yang menembus 3 juta ton tidak mampu meredakan kenaikan harga beras ini.
Dia menggarisbawahi kenaikan harga beras yang konsisten dalam 1,5 tahun terakhir jelas menandakan bahwa ada masalah dalam kapasitas produksi beras nasional. Yusuf mencatat produksi beras Indonesia stagnan dalam 5 tahun terakhir dengan kecenderungan menurun.
Produksi beras Indonesia turun dari 33,9 juta ton pada 2018 menjadi 31,5 juta ton pada 2022. Pada 2023, produksi beras pun anjlok dan diproyeksikan hanya 30,9 juta ton. Impor beras pada 2023 juga menjadi yang tertinggi dalam 25 tahun terakhir sejak impor beras 4,75 juta ton pada 1999.
“Harus ada langkah drastis dalam kebijakan perberasan nasional untuk meningkatkan produksi beras dalam jangka pendek,” ujar Yusuf.
Sumber :https://bisnis.tempo.co/amp/1838358/harga-beras-melambung-15-tahun-terakhir-hingga-menjelang-ramadan-ekonom-masalah-struktural-serius