Jumlah Penduduk Miskin Menurun di Jakarta, Kenapa Angkanya Minimallis?

Jumlah Penduduk Miskin Menurun di Jakarta, Kenapa Angkanya Minimallis?

KBRN, Jakarta: Banyak orang – 460-an ribu orang – hidup dalam kemiskinan saat ini dibandingkan dengan masa-masa lain dalam sejarah Jakarta. Dan dibandingkan dengan setahun lalu, mereka yang masuk kategori miskin turun 12.900 orang, kata Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta. Tapi kenapa angka ini disebut minimalis?

Yusuf Wibisono, Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas), menyatakan bahwa penurunan kemiskinan di Jakarta masih terbilang minimalis jika dibandingkan dengan angka kemiskinan nasional yang berada di level 9,3 persen. “Di Jakarta, angka kemiskinan masih di level 4,3 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan 3,4 persen sebelum pandemi,” kata Yusuf. “Meskipun menunjukkan tren positif, penanggulangan kemiskinan di Jakarta masih sangat kurang dan perlu ditingkatkan,” katanya menambahkan.

Sebelumnya, Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Nurul Hasanudin memaparkan tingkat kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar 4,3 persen dengan jumlah penduduk miskin 464.930 orang dari 10,67 juta penduduk atau berkurang 12.900 orang terhadap Maret 2023. “Tingkat kemiskinan DKI Jakarta menempati urutan ketiga terendah secara nasional setelah Bali dan Kalimantan Selatan,” kata Hasanudin dalam siaran yang disaksikan rri.co.id melalui akun YouTube BPS DKI Jakarta pada Rabu (3/7/2024).

Sebagai metropolitan, angka kemiskinan lebih kompleks. Data yang diukur oleh BPS hanya berdasarkan survei yang tidak menyeluruh, mengambil sampel tertentu. “Berdasarkan survei tersebut, angka kemiskinan di Jakarta sekitar 4,3 persen atau setara dengan 450 ribu jiwa,” kata Yusuf menjelaskan.

“Namun, jika kita menghitung satu per satu berdasarkan sensus, jumlah orang miskin di Jakarta bisa jauh lebih besar. Mengutip data dari BKKBN dalam program Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE), Yusuf Wibisono mengatakan jumlah penduduk yang dianggap miskin di Jakarta mencapai 2,5 juta orang. “Hal ini menunjukkan bahwa angka kemiskinan riil jauh lebih tinggi karena banyak penduduk yang berada dekat dengan garis kemiskinan,”ujarnya.

​Kepala BPS Provinsi DKI Jakarta Nurul Hasanudin memaparkan tingkat kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar 4,3 persen dengan jumlah penduduk miskin 464.930 orang dari 10,67 juta penduduk atau berkurang 12.900 orang terhadap Maret 2023. “Tingkat kemiskinan DKI Jakarta menempati urutan ketiga terendah secara nasional setelah Bali dan Kalimantan Selatan,” kata Hasanudin dalam siaran yang disaksikan rri.co.id melalui akun YouTube BPS DKI Jakarta pada Rabu (3/7/2024).   (Foto: Tangkapan layar youtube)​

Menurut BPS, tren penurunan angka kemiskinan di Jakarta dipengaruhi oleh sejumlah indikator, yakni tingkat pengangguran terbuka yang mengalami penurunan menjadi 6,03 persen pada Februari 2024. Kemudian, konsumsi rumah tangga tumbuh lebih cepat pada kuartal I-2024, serta laju inflasi umum periode Maret 2023-Maret 2024 sebesar 2,18 persen yang relatif kecil dan terkendali.

“Pertumbuhan ekonomi terus tumbuh dengan laju pertumbuhan pada triwulan I-2024 sebesar 4,78 persen,” kata Hasanudin. Ia menambahkan bantuan sosial yang secara konsisten disalurkan dengan tepat sasaran diupayakan pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin.

“Bansos memang penting, tetapi menjadi kesalahan jika bansos menjadi andalan utama dalam penanggulangan kemiskinan,” kata Yusuf Wibosono menanggapi.

Fokus utama menurutnya harus pada penciptaan lapangan kerja dan pemberdayaan ekonomi rakyat. “Catatan kedua adalah ketepatan sasaran bansos. Seringkali, bantuan sosial tidak tepat sasaran. Orang yang tidak berhak justru menerima, sementara yang berhak malah tidak mendapatkannya. Ini adalah PR besar kita sejak lama,” ujarnya.

Pemberdayaan ekonomi rakyat dan akses terhadap ruang publik juga menjadi poin penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. “Dalam hal permodalan, pembiayaan yang mudah dan fleksibel masih sulit didapatkan oleh rakyat miskin. Banyak yang terjebak pada pinjaman online dengan bunga mencekik,” kata Yusuf. Suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang hanya 7 persen juga masih sulit diakses oleh yang berhak.

Sumber :https://www.rri.co.id/daerah/799544/jumlah-penduduk-miskin-menurun-di-jakarta-kenapa-angkanya-minimallis