Segregasi, polarisasi ekonomi dan eksklusi sosial adalah tematema utama dalam pembangunan perkotaan terkini. Tidak terkecuali untuk Jakarta dan kota-kota sekitarnya, yaitu Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).
Segregasi (pemisahan) hunian perkotaan merefleksikan jarak antar kelas sosial, karenanya mencerminkan buruknya kohesi sosial. Kelas bawah perkotaan hanya dapat mengakses hunian yang jauh dari pusat bisnis sehingga berasosiasi dengan eksklusi sosial dan marjinalisasi ekonomi. Segregasi hunian berdasarkan pendapatan telah menghambat peluang ekonomi, kesempatan pendidikan dan kesehatan, konsentrasi kemiskinan di wilayah kumuh dan meningkatkan kesenjangan dan eksklusi sosial.
Segregasi hunian perkotaan ini semakin problematik ketika berasosiasi dengan kesenjangan yang persisten lintas generasi. Eksklusi sosial dan marjinalisasi ekonomi telah menciptakan jarak sosial dan alienasi yang semakin tinggi di generasi berikutnya. Isolasi geografis yang diikuti dengan buruknya akses kebutuhan dasar dan terbatasnya peluang kerja, akan memperburuk kemiskinan kota dan puncaknya, dapat ikut memicu konflik sosial, sebagaimana kerusuhan Mei ’98 di Jakarta.