Pengalaman Ketidakamanan Pandemi

Dalam 3 bulan terakhir, gelombang ke-dua pandemi Covid-19 yang mengganas secara luar biasa, telah menciptakan begitu banyak duka dan lara anak bangsa. Serangan virus varian delta merebak di Indonesia sejak Juni 2021, berpuncak pada Juli 2021 dan mulai melandai pada Agustus 2021. Hanya di bulan Juli 2021 saja, terjadi 1,2 juta kasus positif dengan 35 ribu kematian! Suasana mencekam terekam di banyak wilayah, sistem kesehatan nyaris lumpuh, rumah sakit penuh sesak hingga ke lorong dan parkiran, obat dan oksigen sulit didapat, tenaga kesehatan bertumbangan, hingga ambulans antri di pemakaman. Di Juli 2021, rata-rata kasus aktif mencapai 450 ribu, BOR (bed occupancy ratio) 73,8 persen, dan kematian harian diatas 1.100 kasus!

Duka dan derita yang dialami masyarakat di puncak pandemi yang tak terkendali ini tergambar dalam indikator yang dikembangkan IDEAS: skala pengalaman ketidakamanan pandemi (pandemic insecurity experience scale/PIES). Merasa khawatir tertular virus hingga terdampak secara tidak langsung dari puncak gelombang ke-2 berupa lumpuhnya layanan kesehatan dasar dan non Covid-19, merepresentasikan ketidakamanan pandemi ringan (mild pandemic insecurity).

Lebih jauh, pengalaman terpapar virus dan mengalami positif Covid-19, kemudian kesulitan mendapakan obat, tabung oksigen hingga ditolak rumah sakit sehingga terancam keselamatan dirinya, merepresentasikan ketidakamanan pandemi moderat (moderate pandemic insecurity). Dan terjauh, ketidakamanan pandemi parah (severe pandemic insecurity) terjadi ketika individu telah mengalami kehilangan orang yang dicintai-nya akibat Covid-19, baik teman dekat, tetangga, kerabat hingga keluarga inti.

Untuk menggali dan memahami ketidakamanan yang dirasakan masyarakat di tengah pandemi yang tidak terkendali, IDEAS melakukan survei daring pada 29 Juli – 30 Agustus 2021 dan berhasil mendapatkan 1.764 responden yang tersebar di 33 provinsi dan 209 kabupaten-kota. Namun demikian, survei ini didominasi oleh kelas menengah perkotaan, yaitu 87,1 persen responden bertempat tinggal di Jawa dengan 57,7 persen diantaranya berlokasi di Jabodetabek, 88,2 persen responden berpendidikan diatas SMA (diploma, S1 dan S2-S3) dan 45,2 persen responden berpenghasilan rata-rata diatas Rp 5 juta per bulan.

Survei ini memberikan informasi terkini tentang pengalaman ketidakamanan yang dialami masyarakat di puncak gelombang ke-dua pandemi yang lalu. Survei ini menggunakan rancangan non-probability sampling melalui kuesioner daring yang disebarkan secara berantai (snowball) melalui media sosial. Dengan demikian, informasi dari survei ini merupakan gambaran sebagian individu yang berpartisipasi dalam survei, tidak mewakili kondisi seluruh masyarakat.

Temuan survei kami menunjukkan bahwa ketidakamanan yang dirasakan masyarakat di tengah pandemi adalah nyata dan serius, dari tingkat ringan hingga parah, yang secara kuantitatif tergambar dalam pandemic insecurity experience scale (PIES) yang kami kembangkan. Dalam situasi pandemi, kebijakan yang paling dibutuhkan dan diharapkan adalah melindungi setiap nyawa anak bangsa. Tiada artinya perputaran uang dan pertumbuhan ekonomi jika hal itu akan membunuh kita. Pertumbuhan ekonomi hanyalah alat, tujuan akhir yang harus dikejar adalah kualitas dan kebahagiaan hidup masyarakat, dimana faktor terpenting yang berkontribusi untuk itu adalah tetap hidup, tidak mati karena pandemi!