Pada Social and Humanity Outlook 2022 yang diselenggarakan Dompet Dhuafa, 5 Januari 2022 yang lalu, kami menyampaikan bahwa pandemi telah melonjakkan permasalahan kemiskinan, jenis dan dimensinya, serta jumlah dan kedalaman insidennya, tidak hanya kelas sosial-ekonomi bawah namun juga kelas menengah. Penanggulangan kemiskinan kini jauh lebih terjal, tidak akan bisa dengan upaya biasa-biasa saja. Mengembalikan kondisi kemiskinan ke tingkat pra-pandemi menjadi tugas yang berat dan panjang.
Memasuki 2022, pemerintah mencanangkan target ambisius untuk penanggulangan kemiskinan. Angka kemiskinan 2022 ditargetkan kembali ke angka 1 digit, yaitu ke tingkat 8,5 – 9,0 persen. Sebelum pandemi-pun angka kemiskinan serendah ini belum pernah mampu dicapai Indonesia. Angka kemiskinan terendah yang pernah dicapai adalah 9,22 persen pada September 2019.
Dalam proyeksi kami yang paling optimis, tingkat kemiskinan 2022 hanya akan mencapai 9,75 persen, setara 26,58 juta penduduk miskin. Proyeksi ini diperoleh dengan catatan terpenuhinya sejumlah kondisi optimis, seperti pertumbuhan ekonomi menembus 5 persen dan mampu menciptakan lapangan kerja secara luas, inflasi rendah di kisaran 2 persen terutama harga-harga kebutuhan pokok, serta terjaganya daya beli dan pengeluaran rumah tangga miskin, terutama melalui perlindungan sosial yang efektif. Namun sayangnya, kondisi aktual 2022 terlihat tidak secerah harapan.