Resesi Global Berlanjut, Jumlah Pekurban Menyusut

Ilustrasi ternak sapi. (Antara)

JAKARTA, investor.id – Resesi ekonomi global telah berdampak jauh ke sisi kehidupan manusia, di antaranya kehidupan religi yaitu kurban. Akibat resesi, daya beli masyarakat Indonesia menurun, sehingga jumlah pekurban (shahibul qurban) tahun ini diperkirakan menyusut menjadi 2,08 juta orang dari 2,17 juta orang pada tahun lalu. Sedangkan potensi ekonomi kurban hanya naik tipis dari Rp 24,3 triliun menjadi Rp 24,5 triliun.

“Meski pandemi kini telah berakhir dan mobilitas masyarakat telah sepenuhnya normal, namun resesi global telah melemahkan kembali pemulihan ekonomi pascapandemi. Penurunan jumlah pekurban juga karena terjadi kenaikan harga hewan kurban,” ujar Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (Ideas) Yusuf Wibisono kepada Investor Daily, Kamis (22/06/2023) malam.

Ia mengarisbawahi bahwa potensi ekonomi kurban senilai Rp 24,5 triliun itu hanya nilai hewan kurban ditambah marjin pengangkutan atau transportasi dan perdagangannya saja. “Kami tidak menghitung multiplier effect-nya,” tandas Yusuf yang juga staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) itu.

Resesi Global Berlanjut, Jumlah Pekurban Menyusut

Lebih lanjut ia menjelaskan, daya beli masyarakat yang melemah akibat kenaikan harga pangan dan energi global. Itu antara lain terlihat dari rendahnya inflasi saat Ramadan dan Idulfitri beberapa waktu lalu. “Ini menyebabkan kami mengambil estimasi konservatif. Hanya sebanyak 2,08 juta keluarga muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi menjadi shahibul qurban,” kata dia.

Yusuf merinci, kebutuhan hewan kurban terbesar adalah kambing dan domba sekitar 1,23 juta ekor, sedangkan sapi dan kerbau sekitar 505 ribu ekor. “Potensi ekonomi kurban 2023 dari sekitar 1,74 juta hewan ternak ini setara dengan 103,0 ribu ton daging,” ucap dia.

Menurut Yusuf, potensi kurban terbesar datang dari Pulau Jawa, terutama wilayah aglomerasi dimana mayoritas kelas menengah muslim dengan daya beli tinggi berada. Potensi kurban Jawa terbesar datang dari Jabodetabek, diikuti Bandung Raya, Surabaya Raya, Yogyakarta Raya, Malang Raya, dan Semarang Raya.

Berbeda dengan Yusuf, pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori justru optimistis nilai hewan kurban maupun nilai ekonominya secara keseluruhan tahun ini akan meningkat. Khusus untuk hewan kurbannya saja, perputaran nilainya ia perkiralan mencapai Rp 14-16 triliun.

Resesi Global Berlanjut, Jumlah Pekurban Menyusut

“Kurban potensi ekonominya besar. Untuk hewan ternaknya sendiri kami perkirakan tumbuh 10% dari tahun lalu dan 30% dibanding periode normal. Sedang potensi ekonomi kurban secara keseluruhan tumbuh 5-7%. Makanya, banyak peternak orientasinya dijual di Iduladha,” Khudori.

Ia menyebut, ada banyak efek pengganda (multipalier effect) yang ditimbulkan dari aktivitas ritual ibadah tahunan umat Islam di setiap bulan Dzulhijjah tersebut. Efek pengganda itu di antaranya meliputi kegitan transportasi, perdagangan, aktivitas pelabukan, maupun penciptaan lapangan kerja.

Yusuf mengungkapkan, salah satu inovasi terpenting dalam pengelolaan kurban nasional terkini adalah program tebar hewan kurban, yaitu rekayasa sosial untuk mendistribusikan daging kurban ke daerah minus dimana konsumsi daging sangat rendah. Sementara sejak lama Indonesia mengalami kesenjangan konsumsi daging yang harganya mahal sehingga tidak mampu dijangkau masyarakat kelas bawah.

“Pada 2022, rata-rata penduduk di persentil tertinggi (1% kelas terkaya) mengkonsumsi 5,31 kilogram daging kambing dan sapi per kapita per tahun, 294 kali lebih tinggi dari rata-rata penduduk di persentil terendah (1% kelas termiskin) yang hanya mengonsumsi 0,02 kilogram daging per kapita per tahun,” papar Yusuf.

Ketimpangan Konsumsi

Dengan potensi besar kurban di satu sisi dan rendahnya konsumsi daging masyarakat, menurut Yusuf, terdapat peluang besar untuk menurunkan ketimpangan konsumsi daging yang sangat tinggi antara kelas bawah dan kelas atas. Hal ini dapat terjadi ketika pendistribusian daging kurban difokuskan pada kelompok masyarakat dengan konsumsi daging terendah

Pada 2022, Ideas mengidentifikasi setidaknya terdapat 74,2 juta orang mustahik yang merupakan kelompok dengan konsumsi daging terendah, karenanya paling berhak menerima daging kurban. “Mustahik prioritas yang paling tepat menerima daging kurban ini yaitu 5,2 juta mustahik miskin ekstrem (dibawah 0,8 garis kemiskinan/GK), 11,4 juta mustahik miskin (0,8 – 1,0 GK), 16,5 juta mustahik hampir miskin (1,0-1,2 GK) dan 41,1 juta mustahik rentan miskin (1,2-1,6 GK),” ucap dia.

Resesi Global Berlanjut, Jumlah Pekurban Menyusut

Secara terpisah, Direktur Mobilisasi Sumber Daya Dompet Dhuafa Etika Setiawanti mengungkapkan, melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) 2023, Dompet Dhuafa memiliki target sebanyak 32 ribu kurban setara domba/kambing (doka). “Jumlah ini mengacu pada tahun 2022 yakni Dompet Dhuafa telah berhasil mendistribusikan sebanyak 29.288 hewan kurban setara doka dengan total penerima manfaat yang tercatat sebanyak 1.982.400 jiwa,” kata dia.

 

sumber: https://investor.id/business/333067/resesi-global-berlanjut-jumlah-pekurban-menyusut/3

Pemberdayaan Peternak

Selain dengan tujuan ibadah yang disyariatkan oleh Islam, menurut Etika, THK juga sebagai bentuk pemberdayaan peternak lokal. Program THK ini, di antaranya adalah memberdayakan peternak-peternak lokal, khususnya lagi yang berada di pelosok-pelosok negeri. “Dalam pelaksanaannya, Dompet Dhuafa membangun 11 sentra ternak DD Farm di berbagai daerah. Di samping itu, DD Farm juga melibatkan peternak plasma berbasis masyarakat kecil,” ungkap dia

Selama ini, THK juga bertujuan agar daging-daging kurban tidak menumpuk di pusat-pusat kota besar. “Seperti data yang dikaji oleh Ideas pada tahun 2022, ada 45 ribu ton daging yang menumpuk di Jabodetabek dan Bandung. Sedangkan daerah-daerah lain banyak mengalami defisit daging, bahkan di pelosok-pelosok banyak yang belum merasakan daging kurban.

Dalam menetapkan target lokasi untuk pendistribusian hewan kurban, menurut Etika, Dompet Dhuafa memprioritaskan wilayah 3T (terpencil, tertinggal dan terluar) di Indonesia, utamanya kawasan yang masyarakatnya jarang atau tidak pernah menikmati daging.

“Selain itu juga lokasi-lokasi yang sedang tinggi isu kemanusiaan, seperti kawasan pascgempa, kekeringan, banjir, dan lainnya. Beberapa hewan juga akan didistribusikan di negara-negara krisis pangan dan kemanusiaan seperti Somalia, Palestina, Turki, Suriah, dan Myanmar,” papar dia.

Menekan Stunting

Etika menyatakan, Dompet Dhuafa ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah-wilayah 3T dan lokasi-lokasi yang sedang tinggi isu kemanusiaan dari ekonomi maupun kesehatan. “Terutama pada konsumsi daging di wilayah-wilayah minus ketersediaan daging sekaligus upaya bersama dalam menekan angka stunting dengan cara meningkatkan konsumsi protein hewani bagi anak-anak di wilayah yang membutuhkan,” ucap dia.

Agar pendistribusian bisa dilakukan secara efektif, efisien, dan merata, Dompet Dhuafa sudah memanfaatkan ternologi digital bahkan sejak tahun 2005 dan terus bertransformasi. “Pada tahun 2020, sistem yang dipakai Dompet Dhuafa untuk menyukseskan program THK ini bernama Kurban Information System (KIS),” pungkas dia.

Naik 30%

Sedangkan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI menargetkan pengumpulan kurban di seluruh Indonesia pada 2023 menyentuh angka Rp 13 triliun atau naik 30% dari pengumpulan tahun sebelumnya.

Pimpinan Bidang Pengumpulan Baznas RI, Rizaludin Kurniawan mengatakan, pihaknya berhasil mengumpulkan hewan kurban berupa kambing/domba dengan nilai Rp 10,5 triliun pada 2022 dan diupayakan angkanya terus mengalami kenaikan. “Angka (Rp10,5 triliun) itu setara dengan 3,5 juta ekor kambing. Tahun ini kami harapkan secara nasional naik 30% atau naik menjadi Rp 13 triliun,” kata dia.

Ia mengatakan, hewan kurban yang dikumpulkan Baznas dikelola dan dibagikan baik dalam bentuk hewan kurban maupun yang sudah diolah. Khusus untuk daging olahan, Baznas mengirimnya ke berbagai wilayah 3T sebagai bagian pemenuhan gizi dan pencegahan stunting.

“Harapan saya kita semua saat ini melakukan kurban yang terbaik untuk sesama kita, untuk para fakir miskin, untuk orang-orang yang belum beruntung karena dengan adanya kurban, dengan adanya daging dapat menjadi protein dan gizi terbaik,” kata Rizaludin.

Sementara itu, Ketua Baznas RI Noor Achmad mengatakan data dari Pusat Kajian Strategis (Puskas) BAZNAS menyebutkan bahwa potensi ekonomi kurban tahun 2022 mencapai Rp 31,6 triliun, lebih tinggi dari hasil kajian Ideas. Besarnya potensi ekonomi dari kurban menjadi perhatian bagi Baznas.

“Kurban harus menjadi sebuah ekosistem ekonomi berkelanjutan dalam rangka mengentaskan masyarakat miskin. Lewat program ini, kami juga ingin mendorong pada pemenuhan gizi masyarakat khususnya di daerah-daerah yang masih memiliki isu stunting dan kemiskinan ekstrem,” kata dia.

Kondisi Cukup

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memastikan ketersediaan hewan kurban secara nasional menjelang Iduladha tahun ini dalam kondisi cukup. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, ketersediaan hewan kurban 2023 secara nasional, baik sapi, kerbau, kambing, maupun domba, mencapai 2.737.996 ekor, dengan kebutuhan diproyeksikan 1.743.051 ekor atau meningkat 2% dari tahun sebelumnya.

“Ketersediaan hewan kurban saat ini dalam kondisi cukup, bahkan surplus,” kata Mentan saat mengecek langsung ketersediaan hewan kurban di Kandang Kelompok Ternak milik PT Bima Jaya Farm (BJF) di Kota Bogor, Jawa Barat, baru-batu ini.

Depo Sapi Qurban BJF yang dicek langsung Mentan itu menampung 900 sapi yang 90% di antaranya dari NTB dan 150 kambing/domba. Menurut Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, seluruh hewan kurban di BJF dipastikan telah mengantongi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).

“Semua hewan kurban dalam kondisi sehat dan sesuai standar yang ditetapkan. Semua hewan kurban dari daerah, NTT, NTB, maupun Sulawesi, harus ada ear tag, saya cek yang di sini, ada semua,” tegas Mentan dalam keterangan yang dikutip Rabu (21/06/2023). Pengecekan on the spot ke tempat-tempat yang dipersiapkan untuk menampung sapi, kerbau, dan hewan lainnya dilakukan Mentan dalam rangka persiapan Iduladha yang jatuh pada akhir Juni ini.

Mentan menekankan, pihaknya bersama pemerintah daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota senantiasa berkoordinasi untuk mempersiapkan hewan kurban tahun ini dalam segala aspek. Kementan telah membentuk tim gugus tugas yang setiap minggunya melaporkan kesiapan hewan kurban di daerah.

“Tahun ini, saya pastikan Kementan mempersiapkan hewan kurban dengan jauh lebih baik dalam segala aspek, tentu Kementan bersama dengan kabupaten dan provinsi yang ada di Indonesia,” tandas Mentan.