Besar Peluang di Negara Seberang

KORANTEMPO, JAKARTA – Kementerian Ketenagakerjaan memastikan peluang untuk bekerja ke negara asing masih terbuka lebar bagi warga negara Indonesia di tengah situasi ketidakpastian ekonomi. Terdapat 800 ribu slot pekerjaan baru di luar negeri yang masuk dalam data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).

“Kita menjajaki berbagai program penempatan WNI. Banyak sekali lowongan potensial dari (negara) luar,” kata Wakil Menteri Ketenagakerjaan Afriansyah Noor kepada Tempo, kemarin.

Menurut Afriansyah, mayoritas negara penyedia lapangan kerja baru itu berada di kawasan Asia Timur dan Timur Tengah. Salah satu penyedia lowongan terbanyak adalah Jepang. Pemerintah Negeri Matahari Terbit kini menyediakan 350 ribu slot tenaga kerja baru di berbagai sektor, dari pengelolaan gedung, pabrikan komponen dan mesin, kelistrikan, konstruksi, galangan kapal, perhotelan, pertanian, hingga perikanan. Ada juga kebutuhan tinggi untuk tenaga keperawatan.

Hampir serupa, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan pun sedang membuka ratusan lowongan kerja di bidang konstruksi, perikanan, dan industri perkapalan. Adapun negara di Timur Tengah, seperti Uni Emirat Arab, memburu pekerja untuk proyek minyak dan gas bumi serta perhotelan. Lowongan bidang keperawatan dan pertanian juga pun banyak tersedia di Eropa.

Fungsi market intelligence atau pemantauan pasar pada atase ketenagakerjaan di setiap kedutaan, kata Afriansyah, sedang diperkuat untuk mengendus peluang kerja yang lebih besar. Dengan bonus demografi, dia menyebutkan tenaga kerja Indonesia bisa mengisi peluang kerja di negara lain. “Terutama di bidang formal.”

Menurut data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk usia kerja di Indonesia terus bertambah dari 206,71 juta orang pada Agustus 2021 menjadi 212,59 juta orang pada Agustus lalu. Namun jumlah penduduk yang bekerja pada kuartal ketiga 2023 hanya 139,85 juta orang.

Tren pengangguran sebenarnya menurun di tengah masa pandemi. Jumlah pengangguran yang dicatat BPS pada Agustus 2021 menembus 9,10 juta orang, lalu melandai ke 8,42 juta orang pada periode yang sama tahun berikutnya. Jumlah penduduk tanpa pekerjaan turun lagi menjadi 7,86 juta orang pada Agustus 2023. Namun kondisi itu tak lebih baik dibanding pada 2019 atau masa pra-pandemi, ketika jumlahnya berkisar 7,05 juta orang.

Peserta berbaris saat mengikuti Program Magang Jepang yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Semarang, Jawa Tengah, Oktober 2022. Dok. Diskominfo Jateng

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Ketenagakerjaan Bob Azam mengatakan kuota pengangguran seharusnya didorong bekerja ke luar negeri. Dari survei Apindo, negara-negara belahan bumi utara kekurangan suplai tenaga kerja. Untuk menjaga ekonomi di tengah hantaman inflasi, kata dia, negara maju harus mendongkrak volume produksi barang.

“Uangnya ada, tapi terhambat suplai pekerja,” tutur Bob. “Sekarang mereka berlomba melonggarkan aturan pekerja asing. Itu peluang kita.”

Pelonggaran regulasi lebih dulu diterapkan negara di Asia. Pasar kerja di Jepang, contohnya, sempat tertutup untuk tenaga kerja asing, kecuali untuk paruh waktu. Aturan imigrasi Negeri Sakura mulai diringankan karena pemerintahnya membutuhkan 500 ribu pekerja baru hingga 2025. Pendatang asing kini bisa memakai persyaratan bernama Tokutei Ginou atau Specified Skilled Workers (SSW) untuk bekerja di Jepang, dengan jangka waktu tertentu.

Menurut Bob, jumlah generasi pekerja baru di Indonesia semakin tak terbendung oleh dunia usaha. Pada masa kejayaan manufaktur, tak jauh dari era 1990-an, 1 persen pertumbuhan ekonomi bisa mewakili penyerapan 600 ribu tenaga kerja. Sekarang, kata dia, persentase itu hanya setara dengan 200 ribu tenaga kerja. “Berarti pertumbuhan 5 persen per tahun hanya menyerap 1 juta pekerja. Padahal angkatan kerja barunya 2,5-3 juta per tahun,” ujarnya.

Menurut data Apindo, setiap investasi Rp 1 triliun sebelum 2015 bisa menyerap hingga 2.300 tenaga kerja. Daya serapnya melemah selama tujuh tahun terakhir menjadi hanya 900 orang per Rp 1 triliun. Pada tahun lalu, realisasi investasi sebesar Rp 1.207,2 triliun tercatat setara dengan penyerapan tenaga kerja 1.305.001 orang.

Pencari kerja antre untuk mengikuti Mega Career Expo 2023 di Senayan, Jakarta, 4 Oktober 2023. TEMPO/Tony Hartawan

Dalam Job Fair Nasional 2023 yang diadakan di Jakarta International Expo Kemayoran (JIExpo) pada akhir Oktober lalu, tim BP2MI ikut menawarkan berbagai lowongan untuk bekerja di luar negeri. Agenda yang diadakan Kementerian Ketenagakerjaan itu menyediakan 56 ribu slot kerja dari 135 perusahaan domestik dan asing. Penyedia lowongan dari beberapa negara, seperti Korea Selatan, Jepang, Jerman, dan Arab Saudi, mencari tenaga baru di sektor kesehatan, manufaktur, serta perikanan.

Direktur Penempatan Kawasan Amerika dan Pasifik BP2MI Mocharom Ashadi yang hadir saat itu memastikan unitnya menyediakan semua informasi yang diperlukan. “Kami mendorong penempatan pekerja migran Indonesia yang terampil dan profesional.”

Peneliti dari Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas), Shofie Azzahrah, mengatakan pekerja migran Indonesia sempat tumbuh dua kali lipat. Menurut Statistical Yearbook of Indonesia 2023, kata dia, volume pekerja migran asal Indonesia meningkat pada 2021-2022, dari 72.624 orang menjadi 200.761 orang. Jumlah terbesar pada 2022, lebih dari 182 ribu orang, berada di Asia dan Afrika. Ada juga 16 ribu pekerja Indonesia yang masuk ke Eropa dan Timur Tengah. Sisa 1.400 lainnya ada di Amerika dan Pasifik.

“Sebagian besar negara kekurangan populasi yang ingin bekerja, baik profesional maupun tenaga kasar atau buruh,” katanya.

Meski peluang di negeri seberang sangat besar, dia menyebutkan WNI masih memerlukan skill dan modal. “Selain karena besarnya biaya untuk apply visa, skill pekerja kita sering tidak sesuai dengan kebutuhan di luar negeri.”

Sumber :https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/486127/banjir-lowongan-pekerjaan-di-luar-negeri