Ekonom Sebut Program Susu Gratis Prabowo Salah Sasaran, Ini Alasannya

TEMPO.COJakarta – Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies Yusuf Wibisono menanggapi soal program susu gratis yang dijanjikan oleh calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto. Ia mengatakan program tersebut merupakan salah satu janji populis yang paling populer dalam perhelatan pilpres 2024.

Program tersebut adalah janji Prabowo agar Indonesia bebas stunting. Selain susu gratis, Prabowo juga membuat program pemberian makan siang di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak dan balita serta ibu hamil.

Namun, Yusuf menilai program tersebut salah sasaran. “Untuk menurunkan prevalensi stunting, yang menjadi fokus sasaran program seharusnya adalah anak usia nol sampai lima tahun yang memiliki kekurangan gizi kronis dan terbukti,” ujar Yusuf kepada Tempo, Kamis, 18 Januari 2024.

Ia menjelaskan, di usia 0-2 tahun atau seribu hari pertama kehidupan merupakan golden age. Pada masa itu, anak lebih diutamakan mengkonsumsi air susu ibu atau ASI dan makanan pendamping ASI setelah 6 bulan.

Sementara pemberian susu kemasan bubuk atau cair yang diolah dengan teknologi ultra-high temperature (UHT) hanya diperuntukan bagi anak usia di atas 2 tahun. Itupun, ujar Yusuf, dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor fisik dan kemampuan anak dalam mencerna susu.

Dalam dokumen visi-misi pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, program pemberian makan siang dan susu gratis ini menargetkan 80 juta penerima manfaat mulai dari siswa pra-SD, SD, SMP hingga SMA dan pesantren. Janji politik ini semakin populer setelah Gibran seringkali membagi-bagikan susu gratis kepada masyarakat di kegiatan kampanyenya, berupa susu UHT kemasan produksi pabrik besar.

Yusuf berujar masalah stunting tidak akan bisa diselesaikan hanya dengan program top-down seperti pemberian makan siang dan susu gratis. Ia menekankan bahwa perbedaan sifat dan tingkat permasalahan stunting antar daerah membuat intervensi gizi untuk menanggulangi stunting akan jauh lebih efektif bila dilakukan secara lokal. Caranya, dengan menguatkan kapasitas sistem kesehatan daerah terutama puskesmas.

Akar permasalah stunting di Indonesia, menurutnya, banyak berkaitan dengan kemiskinan dan lonjakan harga pangan yang berimplikasi pada ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan kalori, gizi, dan nutrisi pada tingkat minimal. Selain itu, masalah stunting ini diperparah dengan perilaku konsumsi pangan yang tidak sehat, termasuk gaya hidup yang salah.

Maka untuk menurunkan prevalensi stunting, Yusuf mendorong pemerintah selanjutnya memperkuat kebijakan pangan murah, terutama pangan tinggi protein berbasis sumberdaya lokal. Ditambah penguatan kapasitas puskesmas yang menurutnya krusial untuk mengubah perilaku dan gaya hidup keluarga penderita stunting. Antara lain, dengan menurunkan konsumsi rokok, terutama konsumsi rokok oleh masyarakat miskin.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan tiga peserta Pilpres 2024, yakni pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3.

Masa kampanye Pemilu 2024 berlangsung mulai 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Setelah masa kampanye, ada masa tenang pada 11-13 Februari. Kemudian, jadwal pemungutan suara berlangsung serentak pada 14 Februari 2024.

Sumber :https://bisnis.tempo.co/amp/1823607/ekonom-sebut-program-susu-gratis-prabowo-salah-sasaran-ini-alasannya