Pandemi dan Daya Tahan Keluarga Miskin

Pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia sejak 2020 lalu, telah menciptakan kerusakan ekonomi skala besar. Dalam waktu singkat, jutaan orang kehilangan pekerjaan dan jatuh ke dalam jurang kemiskinan. Untuk memahami dampak pandemi terhadap kehidupan keluarga miskin dan bagaimana mereka bertahan, IDEAS melakukan survei nasional ke 1.013 kepala keluarga miskin di Jabodetabek, Semarang Raya, Surabaya Raya, Medan Raya dan Makassar Raya pada Januari – Februari 2021. Survei non-probabilitas dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan kuesioner semi terbuka.

Pandemi telah memperburuk masalah lapangan kerja dan ketenagakerjaan keluarga miskin secara signifikan. Dampak pandemi yang paling dirasakan keluarga miskin adalah jatuhnya usaha, sulitnya mencari pekerjaan baru dan mengalami PHK. Responden yang mengaku menganggur melonjak dari 8,3 persen sebelum pandemi menjadi 14,3 persen setelah pandemi. Sementara itu, dari 85,7 persen responden yang berstatus bekerja setelah pandemi, 17,5 persen diantaranya mengaku harus beralih profesi untuk dapat terus bekerja.

Kerasnya dampak pandemi membuat penghasilan keluarga miskin merosot tajam. Sebesar 61,9 persen responden mengaku bahwa pandemi telah berdampak serius pada pekerjaan dan penghasilan mereka. Hal ini memaksa mereka untuk bekerja lebih keras. Bagi keluarga miskin, menganggur adalah kemewahan, terlebih di masa pandemi.

Merespon krisis dan jatuhnya penghasilan, keluarga miskin melakukan berbagai upaya untuk bertahan. Dari 61,9 persen responden yang pekerjaan dan penghasilannya terdampak pandemi, respon paling banyak yang dilakukan keluarga miskin adalah mencari pekerjaan sampingan, mencari pekerjaan baru, menjalankan usaha mandiri hingga beternak dan berkebun.